Ketika pada akhirnya kami mendapatkan kesempatan untuk berjejaring dan berkolaborasi dengan seniman internasional, kami bersemangat dan optimis bahwa kesempatan ini akan menjadi pengalaman yang bermakna. Proyek kolaborasi ini didukung oleh hibah dari program “Connections Through Culture 2023” dari British Council yang didapatkan oleh Tab Space. Program ini merupakan sebuah inisiatif kolaborasi yang menghubungkan pelaku seni dan budaya antar negara di Asia dan Inggris. Sejak Februari hingga Juli 2024, Angkasa Nasrullah Emir dan Suzanne M Yazid dipasangkan dengan 2 seniman art et al asal Inggris, yaitu Richard Phoenix dan James Lambert. Di fasilitatori oleh Annisa Fanny, Nurul Lathifah dari Tab Space serta Lisa Slominski dan Jennifer Gilbert dari Art et al, kolaborasi ini berjalan seperti sebuah sesi kelas seni secara daring. Art et al, sendiri adalah sebuah platform seni yang menghimpun studio dan galeri dengan semangat inklusif, dari Inggris dan Australia.
Pertemuan dengan Art et al
Saat kami mendapatkan kabar jika program ini harus berjalan dengan mitra dari Inggris, kami langsung terfikir untuk menghubungi Art et al. Perkenalan kami dengan Art et al, bermula ketika Sim Luttin, yang sedang menjalankan program bersama Australia Council of Arts berkunjung ke Tab Space. Sim saat itu mengenalkan pada kami tentang sebuah platform yang ia kembangkan bersama 2 mitranya di Inggris, Lisa Slominski dan Jennifer Gilbert. Sim mengenalkan pada kami bahwa Art et al mengumpulkan studio – studio di Inggris dan Australia yang mendukung karya seniman disabilitas. Konteksnya, mungkin bisa menjadi referensi atau jejaring baru untuk studio kami yang baru merangkak ini.
Art et al sendiri adalah sebuah platform internasional yang menghubungkan studio khusus yang mendukung karya seniman disabilitas secara global. Kolaborasi dan kemitraan Art et al. menghasilkan karya tulisan yang kritis, pameran, serta konten multimedia. Art et al. didukung oleh Pemerintah Australia melalui Australia Council of the Arts, badan pendanaan dan penasihat seni, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia, Aesop Foundation, British Council, Arts Project Australia, Slominski Projects, dan Jennifer Lauren Gallery.
Kami sangat bersemangat memberi kabar pada Sim bahwa kami mendapatkan kesempatan berjejaring dengan studio di inggris. Selanjutnya, Sim menghubungkan kami pada Lisa dan Jennifer untuk dapat bermitra dalam program ini. Kemudian, perjalanan berkarya inipun dimulai.
Kolaborasi “Peer to Peer”
Peer to peer adalah sebuah program yang diinisiasi oleh Art et al yang mengkoneksikan dua seniman neurotipikal dan neurodivergen. Neurodivergen adalah sebuah kondisi pada individu dimana cara kerja otaknya berbeda daripada cara kerja otak yang dianggap standar atau tipikal.
Program ini berjalan dalam beberapa sesi secara daring, 2 artis ini bersinergi merancang karya bersama secara harmonis. Sejauh ini, peer to peer sudah berjalan dalam 9 episode dengan 18 seniman dari Eropa dan Asia Pasifik. Bersama Art et al, kami memutuskan untuk mengadaptasi inisiasi peer to peer, mengsinrgikan Tab Artist dengan seniman yang terkoneksi dengan Art et al.
Pada akhirnya, terpilihlah dua Tab Artist, Suzanne M Yazid serta Angkasa Nasrullah Emir yang kemudian akan dipasangkan dengan seniman asal Inggris, James Lambert dan Richard Phoenix. Suzanne adalah Tab Artist dengan cerebral palsy, menyukai kopi dan secara mandiri gemar meracik kopi nya sendiri, Suzanne memiliki karakter garis yang khas, karya Suzanne memperlihatkan lekuk-lekuk garis yang unik. Suzanne dipasangkan dengan James Lambert, seniman dan ilustrator berbasis di London. James telah mengerjakan berbagai proyek kreatif yang bersinggungan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya, mulai dari fesyen, film, dan arsitektur hingga mengilustrasikan peristiwa terkini di surat kabar.
Selain Suzanne, Angkasa Nasrullah Emir juga terlibat dalam program ini.Sebagai seorang seniman dengan autisme, Angkasa senang mengeksplorasi berbagai media untuk karya seninya. Karya-karya Angkasa memperlihatkan karakternya yang spontan dan apa adanya. Dalam program ini, Angkasa berpasangan dengan Richard Phoenix seorang seniman yang bekerja di London dan Tenggara yang praktiknya meliputi melukis, menggambar, menulis, musik, dan belajar tentang bagaimana hal-hal tersebut dapat menjadi media untuk mendukung sekitar. Richard telah bekerja dengan organisasi seni disabilitas dan menjadi Associate Artist untuk “Heart n Soul” sejak 2015.
Kurang lebih selama 6 pertemuan secara daring, Suzanne dan James serta Angkasa dan Richard berkegiatan bersama saling bertukar portofolio dan merespon masing-masing karya.
Dari program ini, kami menyadari bahwa sinergi dari jamaknya perbedaan dari sisi kultur, bahasa, hingga struktur kognisi manusia, mampu memperlihatkan bahwasannya jarak yang panjang dalam perbedaan tersebut, justru menumbuhkan bentuk kekaryaan yang menunjukkan toleransi, inklusi dan ekspresi diri yang majemuk.
Menurut Imaniar, Creative Director dari Tab Space, Program ini telah menjadi pengalaman belajar yang tak ternilai, di mana kami mendapatkan perspektif baru dan membangun persahabatan yang langgeng. Bagi banyak dari kami di Tab Space, seni disabilitas merupakan wilayah yang asing, karena kami berasal dari latar belakang desain. Kemitraan ini telah memperdalam pemahaman kami, dan kami menyadari pentingnya untuk terus belajar, dan ini hanyalah awal dari sebuah perjalanan yang menarik, yang akan membentuk masa depan studio kami dengan cara yang tidak pernah kami bayangkan.
Lalu, bagaimanakah keempat seniman ini bersinergi membuat karya bersama? Pada postingan selanjutnya, kami akan menceritakan proses berkarya mereka selama beberapa bulan terakhir ini yang sangat menarik untuk ditelusuri.