Angkasa Nasrullah Emir
Angkasa Nasrullah Emir sangat menyukai menggambar makhluk-makhluk jenaka yang baik hati. Sebagai seniman dengan spektrum autis, Angkasa menikmati proses berkaryanya mengeksplorasi banyak medium. Angkasa pertama kali terlibat dalam pameran seni pada tahun 2017, saat itu ia memamerkan karya penghormatannya pada karya-karya tersohor seperti American Gothic dan Girl with a Pearl Earring.
Pada tahun-tahun selanjutnya, Angkasa aktif berpartisipasi dalam pameran seni kolektif bersama Tab Space, termasuk di dalamnya adalah Indonesian Contemporary Art and Design 12 (2022), Let’s be Friend di Teras Jabar, IKEA Bandung serta Open in New Tab: Selasar Sunaryo Art Space (2023)
Richard Phoenix
Richard Phoenix adalah seorang seniman yang bekerja di London dan Tenggara yang praktiknya meliputi melukis, menggambar, menulis, musik, dan belajar tentang bagaimana hal-hal tersebut mendukung orang-orang untuk bersama.
Proyek-proyek terbarunya termasuk pameran tunggal di Flatland Projects, pameran kelompok di Walker Gallery, Liverpool (terpilih untuk Hadiah Lukisan John Moore) dan Exeter Phoenix Gallery (pemenang hadiah di Exeter Contemporary Open), menerbitkan karya non-fiksi ‘Do Your Own Thing’ melalui Rough Trade Books, memfasilitasi berbagai proyek serta pembicara diskusi di Towner Gallery, South London Gallery, Cubitt Gallery, Studio Voltaire, London College of Communication, dan Goldsmiths. Dia adalah seniman residensi di departemen Sekolah dan Guru Tate, menjadi bagian dari Program Condition Studio di Croydon dan menerbitkan pamflet ‘D.I.Y. as Privilege: Sebuah Manifesto’ dengan Rough Trade Books pada tahun 2020. Sejak tahun 2006, Richard aktif menjadi fasilitator, dan kolaborator untuk Heart n Soul, sebuah organisasi seni yang berfokus memberdayakan individu atau seniman dengan disabilitas intelektual. Di Tahun 2015, Richard menjadi Associate Artist di organisasi tersebut.
Ulang Tahun
Angkasa dan Richard membuat karya dengan tema Ulang Tahun. Angkasa hanya berbicara dalam beberapa kata, namun ia memiliki banyak hal yang ia gemari. Diantaranya adalah pesta ulang tahun nya yang dirayakan setiap tahun, dipenuhi dengan makanan kesukaannya yang dimasak oleh sang Ibu, hadiah ulang tahun, serta binatang peliharaan kucing (Angkasa memelihara beberapa kucing di rumahnya!).
Pada pertemuan pertama, Angkasa menggambar aneka kue ulang tahun. Dalam sesi tersebut, Angkasa dan Richard juga saling menggambar potret diri. Dengan tangan yang cepat tanpa ragu Angkasa juga turut menggambar potret Jennifer Gilbert (Art et al) diatas kertas. Sementara itu Richard merekam raut wajah Angkasa saat berkarya melalui media akrilik diatas kanvas. Mereka saling tertawa melihat hasil gambar masing-masing.
Persiapan Pesta
Richard mengusulkan tema besar untuk karya mereka: Makanan, Musik dan (pesta) Ulang Tahun dengan konteks:
- Siapa saja yang akan diundang?
- Apa saja yang akan disantap?
- Dimana pesta ulang tahun akan dihelat?
- Bagaimana dekorasi pesta ulang tahun nya?
- Apakah akan ada musik dan sesi berdansa?
Di pertemuan selanjutnya, Angkasa dan Richard membuat list undangan siapa saja yang akan diundang ke pesta ulang tahun masing-masing. Angkasa memiliki 18 daftar tamu, termasuk keluarga dan teman-temannya, Richard jarang merayakan ulang tahun, namun ia memiliki daftar 20 tamu undangan, ia bahkan ingin mengundang band “Electric Fire” untuk bermain di pesta ulang tahunnya. Sesi berkarya bersama antara Angkasa dan Richard selalu berjalan dengan riang. Baik Angkasa maupun Richard sangat menyukai musik, pada setiap sesi mereka pun saling bertukar daftar putar dan secara gantian memutar lagu favorit masing-masing untuk didengarkan bersama. Angksa dengan grup musik Vierra kesayangannya, dan Richard dengan daftar putar Electric Fire hingga Beyonce.
Baik Angkasa maupun Richard memutuskan untuk menjadikan ini karya terbesar (secara ukuran) yang pernah mereka buat. Kemeriahan suasana pesta ulang tahun akan semakin terlihat! Angkasa menggambar dengan spidol warna kesukaannya diatas hamparan kain kanvas. Ia menggambar berlapis-lapis, diawali dengan beberapa tamu undangan yang ia gambar dengan spidol berwarna merah, kemudian diatasnya ia lapis dengan garis-garis membentuk makanan-makanan kesukaannya berwarna ungu dan hadiah atau benda-benda kesukaannya yang ia gores dengan warna kuning. Terakhir, dibantu oleh art facilitator nya, Annisa Fanny, Angkasa memberikan lapisan terakhir dengan gambar diatas kertas mika warna.
Richard, disisi lain juga turut serta melukiskan seperti apa suasana dan ekspresi yang lahir jika ulang tahunnya dirayakan. Ia melukis diatas lembaran kanvas tebal, ia menggambar dengan charcoal hitam dan mewarnai dengan cat minyak dan cat akrilik.
Tak hanya berkarya pada medium kanvas, Angkasa dan Richard juga mencoba membuat karya dengan teknik cut-out. Angkasa menggambar diatas media cardboard, dengan skala besar. Ia menggambar teman-teman barunya dari Art et al yang ingin ia undang ke pesta ulang tahunnya. Selain Licang (cara Angkasa mengeja nama Richard) Ia juga menggambar Jenifo (Jennifer), serta Risa (Lisa) dan Jems (James). Beberapa bunga dalam vas, kue ulang tahun dan juga kucing pun turut ia hadirkan, menambah elemen kegembiraan.
Sementara itu, Richard melukis diatas plywood dan memotong karya nya dengann gergaji. Richard melukis bunga, buah dan gelas, atau detail-detail yang ada dalam karya besarnya. Terakhir, Richard juga ditantang untuk membuat satu karya lagi diatas plywood, namun ini memiliki tantangan tersendiri karena karya ini akan dikirim ke Indonesia, sehingga memiliki dimensi yang terbatas.
Kemudian Richard membuat karya diatas plywood berukuran dengan fitur engsel di sisinya, sehingga bisa dilipat menjadi lebih kecil! Karya ini menggambarkan sosok yang tengah duduk sambil memangku seekor kucing–menunjukkan persona Angkasa yang menyayangi kucing peliharaanya di rumah.
“Pesta Ulang Tahun” Angkasa dan Richard pada akhirnya menjadi momentum untuk merayakan jalinan pertemanan baru diantara keduanya, serta memulas memori sukacita yang tak terlupakan.