Suzanne M Yazid
Suzanne M Yazid adalah seniman di studio kami, Tab Space. Dia selalu ceria dan bersemangat saat sesi kelas seni, dan dan dalam eksplorasi kekaryaannya. Tahun 2022 adalah tahun yang bergejolak bagi Suzanne karena karya nya pertama kali dipamerkan secara kolektif bersama Tab Space Let’s Be Friend” at Jabar Art Space IKEA Kota Baru Parahyangan. Di Tahun 2023, Suzanne juga terlibat dalam pameran seni inklusif yang diinisiasi oleh Open Arms, Open in New Tab: Selasar Sunaryo” at Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.
James Lambert
James Lambert adalah seorang ilustrator asal inggris. Karya-karya nya berpusat pada gambar ilustrasi digital dengan elemen garis dan pola grafis diiringi dengan warna-warna yang solid. Ia mengeksplorasi komunikasi visual lintas batas, menciptakan gambaran yang memadukan melankolis dengan absurditas, mengangkat topik-topik besar secara sederhana. Terinspirasi dari pengalaman pribadi dan infografis sehari-hari, karyanya sering kali hadir dalam bentuk file digital.
Menggambar yang Tak Terlihat
Umumnya kita menggunakan kata dan bahasa dalam mendeskripsikan hal-hal yang hanya bisa direspon oleh panca indera. Namun apakah wujud dari hal abstrak tersebut bisa dideskripsikan secara visual? Suzanne dan James yang difasilitasi oleh Nurul Lathifah (Tab Space) dan Lisa Slominski (Art et al) tercetus ide untuk menggambar hal-hal yang tak terlihat tersebut, memperlihatkan ekspresi dan representasi masing-masing seniman terhadap sensori panca indera – penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba. Kemudian kedua seniman akan saling bertukar respon terhadap hasil visual yang telah dihasilkan secara mandiri. Mereka memberi judul tema untuk tiap sensori ini yang diambil bedasarkan ketertarikan masing-masing; The Sound of the City, The Smell of Home, The Feel of Love, The Sight of Light, dan The Taste of Coffee.
Diawali dari saling bertukar presentasi portofolio masing-masing, kemudian Suzanne memulai eksplorasinya terhadap berbagai bentuk garis, coretan dan motif sederhana, yang terinspirasi dari karya-karya James. Koleksi gambar Suzanne yang dikumpulkan ini kemudian disebut sebagai “Suzanne’s Library”. Tak hanya itu, Suzanne juga menggambar ulang karya James dengan teknik tracing di atas medium kertas kalkir. Selanjutnya, James kerap merespon kembali aset yang ada dalam Suzanne’s Library tersebut dengan menggabungkan karyanya dengan aset visual Suzanne. Terakhir, James memberikan lapisan warna pada karya baru tersebut, dengan palet warna yang sudah Suzanne pilih.
Sebagai seseorang yang baru menekuni seni ilustrasi, Suzanne terbiasa menggambar objek-objek yang berwujud. Suzanne juga merupakan individu non verbal, mendeskripsikan rasa dan hal-hal yang sensorik merupakan tantangan yang besar untuknya. Dalam proses berkarya ini Nurul sebagai art fasilitator, membantu Suzanne dengan memperlihatkan berbagai bentuk visual elemen garis dan bangun lainnya, untuk kemudian Suzanne sesuaikan dengan presepsinya terhadap sensori tersebut. Beberapa dari hasil aset visual Suzanne juga didapat dari pengamatannya terhadap karya-karya James.
Meskipun Suzanne baru menemukan kecintaannya pada kegiatan menggambar beberapa tahun yang lalu, namun ia sangat antusias. Di sisi lain, Ilustrasi James yang abstrak banyak memperlihatkan garis dan bentuk yang rumit untuk dideskripsikan dengan rasa dan ekspresi yang eksplisit. Hal ini begitu kontras dengan gaya Suzanne yang menggambar garis yang tidak stabil, namun sinergi di antaranya, terlihat harmonis.